Powered by Blogger.

MOTIVASI DAN KONDISI

II. 1 Pengertian Motivasi

Kata motivasi adalah berasal Bahasa Inggris yaitu “Motivation“. Berasal dari “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Dalam bahasa latin yaitu “movere” yang berarti menggerakkan. Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku. Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.
Pengertian motivasi menurut Para ahli
Menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Menurut Hasyim Ali motivasi adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan sesuatu kecenderungan perilaku tertentu, yang dapat dipicu oleh rangsangan luar, atau yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri.”
Menurut Sardiman A.M Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang.



II. 2 Jenis dan Sumber Motivasi

Jenis Motivasi antara lain:
a) Motivasi yang tumbuh di dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan dari luar disebut motivasi intrinsik. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
b) Motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik yang harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi internal. Misalnya pemberian pujian, pemberian hadiah dan lain-lain. Motivasi ini berasal dari orang lain atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator akrif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs),
2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),
3. Kebutuhan sosial (sosial needs),
4. Kebutuhan ego (esteem needs),
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self_actualization).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hirarkis sehingga seseorang tidak bisa melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.

II. 3 Peran Motivasi dan Cara Meningkatkan Motivasi

Peran motivasi antara lain:
Motivasi Sebagai Pengarah Tujuan dan Penggerak Tindakan
Perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahkan seseorang dalam tindakan-tindakannya baik secara negatif atau positif.
Motivasi Sebagai Pendorong
Sebuah wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dituju. Dengan tujuan yang besar dan lebih penting itu, maka lebih kuatlah pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai tujuan yang dicita-citakan itu.
Jadi, motivasi adalah suatu bentuk dorongan minat dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang, sebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa juga yang diinginkan.
Motivasi Sebagai Tahap Kesungguhan
Motivasi adalah tahap kesungguhan dan tempoh keterusan seseorang, berusaha untuk mencapai tujuan atau matlamat.
Motivasi Sebagai Stimulator
Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau keinginan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini.
Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian
Apabila kita benar-benar menginginkan sesuatu, ketakutan atau kemalasan menjadi perkara kedua. Sedangkan mencapai keinginan besar akan menjadi perkara utama; keberanian, kerajinan dan ketekunan akan timbul.
Jadi, motivasi adalah suatu mangkin yang menimbul dan menyeramakkan keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu matlamat mencabar yang benar-benar diingini serta diyakini boleh dicapai / perolehi.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapapun juga yang menginginkn semangat untuk motivasi belajar dapat termotivasi.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar seseorang antara lain:
Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar. Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kitapun gemar belajar.
Belajar apapun. Maksudnya adalah belajar secara formal dan nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, belajar berwirausaha, dan lain-lain sebagainya.
Belajar dari internet. Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Banayak cara untuk belajar dari internet misalnya dengan mengikuti milis. Milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri.
Bergaullah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Ada orang yang selalu terlihat optimis meski mempunyai banyak masalah. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada salam komunitas seperti itu dan sebaliknya.
Cari motivator. Kadang-kadang, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya teman, pacar, ataupun pasang hidup. Andapun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/ komunitas yang dapat membantu mengarahkan atau memotivasi anda belajar dan meraih prestasi.
II. 4 Model Motivasi

Model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987). Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model ARCS mengenal pasti empat komponen strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:
Attention / Perhatian - strategi untuk merangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu dan minat. Rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, dan kompleks.
Relevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar. Relevance menunjukkan adanya hubungan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
Confidence / Keyakinan - strategi untuk membantu pelajar membangunkan jangkaan positif untuk kejayaan pencapaian pembelajaran. Motivasi meningkat sejalan dengan meningkatnya keyakinan untuk berhasil; dan
Satisfaction / Kepuasan - strategi untuk membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan instrinsik. Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa.

II. 5 Kondisi Belajar

Kondisi Belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Gagne kondisi belajar ada dua, yaitu:
• Kondisi internal, kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru.
• Kondisi eksternal, situasi perangsang di luar diri si belajar dan kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus.
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya “condition of lerning” (1977) menyatakan “The occurence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut.
Kondisi belajar adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk berrespon terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan pada rangsangan yang lain. (Edward, 1973). Kondisi belajar berupa keadaan eksternal dan internal yang mempengaruhi belajar.

II. 6 Kondisi Belajar Eksternal

Selain faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, kondisi belajar eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
Yang dimaksud faktor sosial disini adalah faktor manusia, baik manusia itu hadir pada saat terjadi proses belajar maupun tidak hadir. Kehadiran sesorang dapat menggangu kawannya yang sedang belajar, misalnya seorang siswa yang menggangu kawan lainnya yang sedang mengerjakan tugas latihan dikelas sehingga siswa tersebut menggangu kawannya yang sedang mengerjakan tugas latihan. Dibagi menjadi:
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Interaksi Guru dan Murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
Hubungan Antar Murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.
Cara Penyajian Bahan Pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
b) Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kegiatan Dalam Masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
Mass Media
Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Orang Tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua.
Suasana Rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
Kemampuan Ekonomi Keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

1) Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

II. 7 Hubungan Kondisi Belajar Eksternal dengan Motivasi

Motivasi merupakan daya pendorong peserta didik untuk belajar, tanpa motivasi dalam diri, seseorang tidak akan mendapat hasil belajar yang maksimal bila tidak ada kemauan awal untuk belajar dari dalam diri. Bukan hanya dari dalam diri saja motivasi dapat timbul, melainkan dapat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong yang meningkatkan motivasi belajar seseorang. Kondisi belajar internal memang sangat menentukan motivasi belajar peserta didik, namun bukan berarti kondisi belajar eksternal tidak mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Kondisi belajar eksternal ini meliputi lingkungan sosial dan nonsosial. Kondisi lingkungan sosial ini mencakup interaksi antara peserta didik dengan orang lain di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran apapun tidak akan pernah lepas dari proses interaksi, oleh karena itu kondisi lingkungan eksternal ini juga sangat menentukan tingkat motivasi peserta didik untuk belajar. Sedangkan lingkungan nonsosial mencakup segala hal di luar hubungan peserta didik dengan manusia. Dalam hal ini lingkungan nonsosial yang termasuk diantaranya adalah sarana dan prasarana belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan sekitar peserta didik saat proses pembelajaran atau dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan sosial peserta didik tidak lepas dari lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam lingkungan sekolah interaksi peserta didik dengan guru, teman sebaya, dan teknik penyampaian materi pelajaran sangat mempengaruhi motivasi peserta didik untuk belajar. Bila seorang peserta didik sedang mengalami masalah dengan temannya di sekolah, ia cenderung untuk menghindar dan otomatis hal ini akan menurunkan motivasi belajar ia di sekolah. Begitu pula hubungan dengan gurunya, ada peserta didik yang sangat suka dengan gaya seorang guru dalam suatu mata pelajaran atau sikap beliau yang sangat bersahabat pada muridnya, sehingga saat pelajaran beliau ia sangat bersemangat untuk belajar. Hal ini membuktikan bahwa motivasi anak meningkat karena ada ketertarikan peserta didik untuk belajar karena gurunya. Biasanya, hal ini tidak jauh dengan bagaimana cara atau teknik seorang guru untuk menyampaikan materi pelajarannya terhadap peserta didik. Jika para peserta didik merasa nyaman dengan teknik guru itu yang menyampaikan meteri dengan jelas dan dengan berbagai metode pengajaran sehingga mereka tidak bosan untuk engikuti pelajarannya dan akhirnya motivasi mereka untuk mengikuti pelajaran pun semakin meningkat. Atau sebaliknya, apabila seorang guru cenderung menyamapaikan meteri pelajaran hanya dengan satu metode misalnya metode ceramah saja atau diskusi saja, maka para peserta didik pasti merasa bosan. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mereka menurun karena tidak ada semangat untuk mengikuti pelajarannya.
Lingkungan sosial masyarakat mencakup teman pergaulan, media massa, kegiatan dalam masyarakat, dan pola hidup masyarakat. Temen adalah pendorong tapi bisa juga sebagai penghambat belajar. Motivasi seseorang dapat meningkat karena pergaulannya dengan teman-teman yang baik karena mengajak senantiasa belajar bersama atau kegiatan belajar lainnya yang bermanfaat, tetapi motivasi dapat juga menurun karena ajakan-ajakan dari teman pergaulannya untuk menyarankan agar tidak belajar. Seorang peserta didik umumnya sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya, sehingga pengaruhnya sangatlah besar terhadap perkembangannya. Sedangkan kegiatan gotong-royong atau kegiatan lainnya dalam masyarakat memang sangat baik dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Namun, bila berlebihan para peserta didik akan kehilangan banyak waktu untuk belajar, mereka cenderung akan kelelahan dan akhirnya motivasi belajar mereka akan menurun walaupun tidak signifikan dan tergantung kondisi fisik peserta didik itu sendiri. Yang terpenting dan sangat mempengaruhi motivasi belajar saat ini adalah pengaruh media massa. Umumnya anak-anak sangat menyukai program televise dan bila sudah terbiasa mereka akan sulit untuk melepas atau mengurangi kebiasaan untuk menonton televise. Hal ini akan sangat berakibat buruk dengan proses belajar, karena mereka cenderung tidak focus akibat ketergantungan dengan televise tersebut. Pikiran mereka akan lebih tertuju pada televise sehingga motivasi mereka untuk belajar akan menurun.
Lingkungan keluarga tidak jauh pentingnya dengan lingkungan sekolah. Kondisi lingkungan keluarga justru lebih penting karena sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan bersama keluarga. Lingkungan sosial ini mencakup orang tua, suasana rumah, dan kebudayaan dalam keluarga. Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Orang tua yang sibuk bekerja cenderung memiliki anak yang senantiasa membuat keonaran, karena sesungguhnya mereka sangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Dalam keadaan ini, umumnya anak tersebut kurang termotivasi untuk belajar karena tidak mendapat dorongan dari orang tuanya untuk belajar. Suasana di rumah pun sangat mempengaruhi motivasi belajar anak. Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Dan sebaliknya, bila hubungan anatar anggota keluarga berjalan sangat harmonis, anak akan merasa sangat nyaman dan sangat termotivasi untuk belajar karena dukungan dan semangat dari keluarganya. Namun, hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sehingga kemampuan ekonomi keluarga pun cukup ikut serta mempengaruhi di dalamnya. Selain itu, kebudayaan yang menjadi kebiasaan dalam keluarga dapat memberikan dampak positif ataupun negative untuk motivasi belajar anak.
Adapun kondisi lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah, sarana dan prasarana (instrumental) dan materi pelajaran. Seorang peserta didik senantiasa membutuhkan suasana baru saat proses pembelajaran. Seorang anak cenderung bosan bila proses pembelajaran hanya meliputi daerah sekolah saja. Mereka lebih menuntut untuk belajar diluar kelas ataupun luat sekolah. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Namun, perlu diperhatiokan pula keadaan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang nyaman dengan kebersihan terjaga, udara yang segar, dan suasana yang sejuk akan lebih meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Selain itu dalam proses pembelajaran tidak lepas dari kelengkapan sarana dan prasarana belajar di sekolah. Semakin lengkap sarana dan prasarana tersebut, maka semakin meningkat pula motivasi peserta didik untuk belajr. Lagi pula dengan ketidaklengkapan sarana dapat menghambat proses pembelajaran. Setelah dijelaskan mengenai pengaruh teknik guru dalam pembelajaran sebelumnya, hal lain yang sangat berhubungan adalah mengenai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Motivasi peserta didik dapat menurun akibat ketidaksukaannya terhadap materi pelajaran tertentu. Misalnya seorang atau beberapa peserta sisik sangat tidak menyukai pelajaran fisika, sehingga saat pelajaran fisika tiba mereka cenderung untuk menghindar dari pelajaran tersebut dan tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan guru fisika saat menjelaskan atau yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mereka untuk belajar fisika menurun, lain halnya saat pelajaran bahasa Inggris. Karena mereka sangat menyukai pelajaran tersebut, maka mereka cenderung senantiasa hadir, menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan bersemangat saat pelajarannya tiba. Hal ini menunjukkan ketertarikan peserta didik dalam suatu mata pelajaran sangat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik itu sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment

WELCOME TO MY WEB

SEMOGA BERMANFAAT...!!!